A.
Pendahuluan
Anna Freud (1895-1982) adalah seorang
psikolog dari aliran psikoanalisis yang juga merupakan putri dari Sigmund Freud. Anna Freud terkenal karena
bukunya yang berjudul "Ego dan Mekanisme Pertahanan" (Ego and
Defense Mechanism). Anna secara khusus
membicarakan mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh remaja. Perbedaan
antara Anna dengan psikolog psikoanalisis lain adalah
Anna lebih tertarik dengan dinamika kejiwaan daripada struktur
kejiwaan, khususnya dinamika yang bertumpu pada ego.
Bagi Anna, ego adalah dasar dari segala pengamatan seorang psikolog. Di dalam ego,
psikolog dapat mengamati cara kerja id, super ego,
dan alam
bawah sadar secara
umum. Dengan difokuskannya penelitian pada ego, dimulailah suatu gerakan di
dalam Mazhab Psikoanalisis yang disebut psikologi
ego.
Robert.W. white,
psikolog kepribadian, meninggal pada 96.
Robert W. White '25, yang mengajar di Harvard 1937-1968, ketika ia menjadi profesor psikologi klinis, meninggal pada 6 Februari di Weston, Mass Dia 96. Awalnya seorang sejarawan (ia menerima gelar master dalam sejarah Amerika di Harvard pada tahun 1926), Pada tahun 1937, juga di Harvard, ia menerima gelar Ph.D. dalam psikologi. White berpusat pada penelitiannya mengenai kepribadian orang normal maupun abnormal. Pada tahun 1948, ia menerbitkan "The Abnormal Psychology," buku teks standar pada subjek selama beberapa dekade. Dalam "Lives in Progress: Sebuah Studi Pertumbuhan Alam Kepribadian" (1952), White rinci kehidupan tiga orang, melihat cara biologi, psikologi, dan budaya telah membentuk kepribadian mereka. White adalah direktur Klinik Psikologi di Harvard 1946-1950, dan ketua Departemen Hubungan Sosial 1957-1962. Setelah menerima gelar sejarah dari Harvard, White mengajarkan sejarah dan pemerintahan di University of Maine selama beberapa tahun sebelum memutuskan untuk belajar psikologi. Kembali di Harvard ia belajar di bawah Henry A. Murray, dengan menerbitkan "Explorations in Personality" pada tahun 1938. Menolak gagasan bahwa satu-satunya motivasi berperilaku adalah dorongan untuk menurunkan dan pencapaian kepuasan biologis. Menurut White (1959) otot dan otak, mata, dan organ sensori lainnya haruslah diaktifkan untuk dapat tumbuh dan sehat, dengan demikian kehidupan manusia mencari stimulus; mereka tidak pasif bahkan berjuang keras untuk bisa mengurangi dorongan-dorongan. Ketika ada usaha-usaha berhasil, individu akan merasa kompeten. Kompetensi merupakan salah satu konsep yang penting dalam teori White (1959) adalah suatu kecakapan (ability) dari individu untuk melakukan perjanjian dengan lingkungan, baik yang hidup maupun yang tidak, dengan cara yang sukses, membantu individu untuk tumbuh, matang dan survive dalam hidup.
Robert W. White '25, yang mengajar di Harvard 1937-1968, ketika ia menjadi profesor psikologi klinis, meninggal pada 6 Februari di Weston, Mass Dia 96. Awalnya seorang sejarawan (ia menerima gelar master dalam sejarah Amerika di Harvard pada tahun 1926), Pada tahun 1937, juga di Harvard, ia menerima gelar Ph.D. dalam psikologi. White berpusat pada penelitiannya mengenai kepribadian orang normal maupun abnormal. Pada tahun 1948, ia menerbitkan "The Abnormal Psychology," buku teks standar pada subjek selama beberapa dekade. Dalam "Lives in Progress: Sebuah Studi Pertumbuhan Alam Kepribadian" (1952), White rinci kehidupan tiga orang, melihat cara biologi, psikologi, dan budaya telah membentuk kepribadian mereka. White adalah direktur Klinik Psikologi di Harvard 1946-1950, dan ketua Departemen Hubungan Sosial 1957-1962. Setelah menerima gelar sejarah dari Harvard, White mengajarkan sejarah dan pemerintahan di University of Maine selama beberapa tahun sebelum memutuskan untuk belajar psikologi. Kembali di Harvard ia belajar di bawah Henry A. Murray, dengan menerbitkan "Explorations in Personality" pada tahun 1938. Menolak gagasan bahwa satu-satunya motivasi berperilaku adalah dorongan untuk menurunkan dan pencapaian kepuasan biologis. Menurut White (1959) otot dan otak, mata, dan organ sensori lainnya haruslah diaktifkan untuk dapat tumbuh dan sehat, dengan demikian kehidupan manusia mencari stimulus; mereka tidak pasif bahkan berjuang keras untuk bisa mengurangi dorongan-dorongan. Ketika ada usaha-usaha berhasil, individu akan merasa kompeten. Kompetensi merupakan salah satu konsep yang penting dalam teori White (1959) adalah suatu kecakapan (ability) dari individu untuk melakukan perjanjian dengan lingkungan, baik yang hidup maupun yang tidak, dengan cara yang sukses, membantu individu untuk tumbuh, matang dan survive dalam hidup.
Heinz Hertman lahir pada 4 November 1894 di kelas
kafir keluarga Wina atas sejarawan terkemuka dan akademisi. Orang tuanya , Ludwig
Hartmann dan Grete Chrobak, menikah pada tahun 1892. Pernikahan itu luar biasa, Chrobak Itu adalah keluarga Katolik Roma yang taat, sementara Ludwig berasal dari keluarga
Protestan.Ia Menjadi
seorang ateis dan praktik keagamaan tegas Menentang. Karena semua sekolah,
negeri maupun swasta, yang dioperasikan di bawah naungan Gereja. Heinz dan adiknya 1 tahun lebih tua.
Heinz menerima instruksi pribadi sampai berusia 14 tahun dan sejak saat itu
sekolah umum Menghadiri . Apakah Bahwa rumah suasana lounge internasional dalam
karakter , menekankan pertunjukan musik ( komposer Johannes Brahms , 1833-1897
, sering berkunjung ) dan perdebatan mengenai isu-isu politik oleh Cendekiawan
. Dengan stimulasi yang luar biasa tersebut , Heinz berkembang dan mampu
mengolah bakatnya . Ia telah bermain biola , piano - belajar sendiri , menulis puisi , cat air dicat
, dan terus rubah hewan peliharaan . Sebelum lulus dari sekolah medis
University of Vienna pada tahun 1920 , Heinz menghabiskan satu tahun di
Angkatan Darat . Dua kali hampir tewas bukan oleh peluru musuh , tetapi dengan
longsoran , setiap kali digali oleh rekan-rekannya . Tahun di Universitas
Apakah Tidak terbatas pada kursus yang kaku penelitian medis . Aku sudah
Diaudit kuliah filsafat , psikologi , dan sosiologi - diajarkan oleh para
profesor terkemuka zamannya . Saya Juga pemantauan farmakologi dan menerbitkan
dua makalah pada tahun 1917 dan 1918 pada metabolisme kina itu berfungsi
sebagai bukti keahliannya dalam metode eksperimental . Setelah lulus , saya
Meniti karir beberapa sebelum beralih ke psikoanalisis . Dia Tetap sebagai staf
dari University of Vienna Psikiatri dan klinik Neurological Institute 1920-1934
, dengan pengecualian dari satu tahun , 1926, di mana Dia melakukan pelatihan
psikoanalitik di Berlin untuk melanjutkan pelatihan saya sudah mulai di Wina .
Pada tahun 1924 , saya menerbitkan sebuah makalah itu teori Freud divalidasi
simbolisasi dan Menunjukkan Bahwa Mekanisme analog dengan represi beroperasi di
amnesia organik putatively . Psikoanalitik Tulisan ini dorong ke menonjol
Hartmann .
B.
Pembahasan
1.
Anna
Freud
Anna
Freud mulai mengadakan perubahan dalam usahanya melakukan psikoanalisis kepada
anak. Secara bertahap dia merubah teori ego, dari ego sebagai jokiyang
takbersaya dari id sebagai kudanya sebagaimana yang dikemukakan oleh Freud,
menjadi joki intelektual yang mampu memilih jalan terbaik untuk dilewati.
Teorinya dapat diringkas dalam tiga konsep pokok, sebagai berikut:
a.
Psikoterapi
Anak
1) Terapi
berhubungan: Kekaguman dan kepercayaan
Tekhnik
psikoanalisis sebagai asosiasi bebas, interprestasi mimpi, dan analisis
transferensi tidak dapat dikenakan begitu saja kepada anak-anak. Prosedurnya
harus dimodifikasi atau digabung dengan tekhnik yang lebih langsung, agar dapat
langsung membantu anak berjuang untuk tumbh, masak, berubah, dan menguasai
realitas didalam dan diluar dirinya. Disini, Anna Freud belajar pentingnya
persiapan yang panjang yang dirancang untuk mendapatkan analisis sebagai orang
yang penting, dapat dipercaya, sungguh-sungguh, sangat dibutuhkan dalam
kehidupan anak saat ini. Dengan menggabungkan kekaguman dan kepercayaan, anak
dapat menerima analisis sebagai guru yang khusus, seorang ahli dalam
pengetahuan mengenai diri dan sebagai teman melawan serangan dunia luar yang
tidak terpahami.
2) Melampaui
konflik strutukral: Bahaya perkembangan
Kelenturan
anak dan perkembangan menuju kemasakan yang berkelanjutan, memaksa analisis
anak memfokuskan diri bukan pada simpton neurotic yang tampak sekarang, tetapi
lebih kepada tujuan agar berfngsi sehat pada masa yang akan dating. Menurutnya,
kristalisasi sindrom neurotic hanya bagian kecil dari masalah anak-anak.
Gangguan perkembangan, ancaman kecemasan berkelanjutan fisik maupun psikis
harus lebuh banyak diperhatikan. Bahkan kalau simpotom neurotic jelas-jelas
muncul pada tingkah laku anak, indicator patologi yang serius itu mempunyai dinamika
dan makna yang berbeda dengan gejala yang salam pada orang dewasa.
Anna
Freud mengembangkan system diagnosis yang mementingkan pembentukan kepribadian
dalam tahap-tahap perkembangannya dan ancaman-ancaman serius terhadap
penyelesaian perkembangan kepribadian, serta memperkecil peluang hal-hal yang
mengganggu integritas anak. Dampaknya, Anna keluar dari konsep klasik neurosis
dan salah sesuai perang yang tidak disadari antara ide, ego dan super ego. Anak
mengalami gangguan yang berkenaan dengan kerentanan alami dalam usaha
mengembangkan diri.
3) Asesmen
Metapsikologi
Persiapan
untuk psikoterapi anak cukup panjang, begitu pula pengumpulan data dan asesemen
juga membutuhkan waktu yang panjang. Agar semua data dapat terangkum dengan
baik, Anna Freud memakai profil metapsikologi, semacam penuntun yang
mengorganisasi informasi dalam kategorisasi yang kompherensif. Anna
mengemukakan dengan memakai profil asasemen metapsikologi dapat diperoleh
sekurang-kurangnya tiga keuntungan:
a) Profil
metapsikologi memberi arahan yang kongkrit dan seragam, data apa saja yang
sekurang-kurangnya harus diungkapkan dari klien. Terapis tidak perlu lagi
memakai “intuisi” untuk menetapkan data apa yang signifikan.
b) Profil
itu mengharuskan terapis untuk mengintegrasikan hasil obserfasi dengan data
sejarah kehidupan klien menjadi gambaran yang utuh bagaimana kepribadian anak
berfungsi dan berkembang.
c) Profil
metapsikologi membutuhkan kecanggihan penerapan teori perkembangan
psikoanalitik, teori dorongan, dan teori ego, untuk memperoleh memperoleh makna
“metapsikologi” dan data hasil observasi. dengan kata lain, profil memakai
konsep-konsep psikoanalisis, mengintegrasikan teori-teori yang ada untuk
memperoleh peta psikologi.
4) Pentingnya
realisasi social
Tidak
seperti orang dewasa, anak lebih tergantung dan lebih mudah dipengaruhi oleh
realitas eksternal saat itu. Psikoanalisis anak harus siap menerima proposisi
bahwa ketergantungan kliennya kepada orang tuanya, konflik klien itu dengan
saudara-saudaranya, hubungannya dengan guru dan otoritas lainnya yang terjadi
saat itu tercermin dalam gangguan yang mereka alami. Gangguan neurotic pada
orang dewasa, umumnya bersifat internal dan sumbernya ada pada masa lalu atau
konflik yang belum terselesaikan lagi. Pada anak, suatu simpom bisa disebabkan
oleh peristiwa yang baru saja terjadi.
b.
Garis
Perkembangan (Developmental Lines)
Interaksi
antara id dengan ego, dimulai dari dominasi id untuk memperoleh kepuasan secara
bertahap akan bergeser ke ego, untuk pada akhirnya ego dapat menguasai realitas
internal maupun eksternal. Interaksi itu oleh Anna Freud disebut garis
perkembangan, suatu urutan tahap-tahap kematangan anak dari ketergantungan
menjadi mandiri, dari irasional menjadi rasional, dari hubungan yang pasif
dengan realita menjadi aktif. Garis-garis perkembangan menunjukan usaha ego
untuk mampu menghadapi situasi hidup, tanpa harus menarik diri dan tanpa
memakai mekanisme enam garis perkembangan, masing-masing bergerak dari dominan
id menuju realitas ego:
1) Dari
ketergantungan menjadi percaya diri
a) Ketergantungan
biologis kepada ibu, tidak mengenal bahwa dirinya terpisah dengan orang lain.
b) Membutuhkan
hubungan yang memuaskan, ibu dianggap sebagai pemuas dari luar.
c) Tahap
objek-tetap, gambaran ibu tetap ada, walaupun dia tidak hadir.
d) Pre-odipus,
tahap memeluk, ditandai dengan mendominasi obyek yang disukai.
e) Fase
odipus-falis, ditandai dorongan memiliki orang tua lain jenis dan bersaing
dengan orang tua sejenis.
f) Fase
laten dengan menurunnya kebutuhan hubungan yang memuaskan dengan obyek yang
dicintai.
g) Fase
pre adolesan, kembalinya kebutuhan hubungan yang memuaskan dengan obyek yang
dicintai.
h) Fase
adolasen, berjuang untuk mandiri, memutuskan cinta dengan orang tua, kebutuhan
kepuasan seksual.
2) Dari
menghisap menjadi makan makanan keras
a) Disusui
teratur sesuai jadwal atau kalau membutuhkan.
b) Disiplin
dari botol atau susu ibu, mengalami kesulitan makan makanan baru
c) Peralihan
dari disuapi menjadi makan sendiri, makan masih identic dengan ibu
d) Makan
sendiri, berbeda pendapat dengan ibu menganai banyaknya makanan.
e) Seksual
infantile membentuk sikap terhadap makanan: fantasi takut gemuk atau hamil
melalui mulut.
f) Senang
makan, memiliki kebiasaan makan yang ditentukan sendiri.
3) Dari
ngompol dan gobrok menjadi dapat mengontrol urinasi / defakasi
a) Bebas
membuang kotoran tubuh
b) Fase
anal, menolak control orang lain dalam hal pembuangan kotoran, perang kemauan
latihan kebersihan.
c) Identifikasi
dengan aturan orang tua, mengontrol sendiri pembuangan kotoran. Minat
kebersihan dan keteraturan didasarkan pada keteraturan anal.
d) Kepedulian
dengan kebersihan, tanpa tekanan orang tua, ego dan super ego mengontrol
dorongan anal secara otonom.
4) Dari
tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab mengatur tubuh
a) Agresi
diubah dari kepada diri sendiri menjadi kepada dunia luar.
b) Ego
semakin memahami prinsip sebab-akibat, meredakan keinginan yang berbahaya,
mengenali bahaya eksternal seperti api, ketinggian, dan air
c) Sukarela
menerima aturan kesehatan, menolak makanan yang tidak sehat, kebersihan tubuh,
melatih kebugaran tubuh.
5) Dari
egosentrik menjadi kerjasama
a) Mementingkan
diri sendiri, naskistik, anak kecil lain tidak ada, atau dipandang sebagai
pengganggu dan saingan memperoleh cinta orang tua.
b) Anak
kecil didekatnya dipandang sebagai benda mati, atau mainan yang dapat
diperlakukan kasar tanpa tanggung jawab.
c) Anak
kecil didekatnya dianggap sebagai teman untuk mengerjakan sesuatu lamanya
kerjasama tergantung kepada tuntutan tugas.
d) Teman
dipandang patner sederajat, memiliki kemauan sendiri, mereka dapat dihormati,
ditakuti, dijadikan saingan, dicintai, dibenci, atau ditiru. Membutuhkan
sahabat sejati.
6) Dari
tubuh menjadi mainan, dan dari bermainan menjadi bekerja
a) Permainan
bayi adalah perasaan tubuh, kepekaan jari, kulit, dan mulut tidak dibedakan
antara tubuh sendiri dengan tubuh ibu.
b) Sensasi
tubuh dipindah ke obyek yang lembut seperti beruang mainan atau sarung bantal.
c) Memeluk
obyek yang lembut, menyayangi barang yang lembut obyek benda mati.
d) Puas
menyelesaikan suatu kegiatan, dan puas mencapai prestasi sesuatu.
e) Permainan
sekolah untk bekerja melalui hobi, lamunan, dan olah raga. Anak dapat menahan
implus dirinya.
c.
Menakisme
Pertahanan
Anna
Freud memperluas defense mechasm. Sigmund
Freud mengajukan 7deference (identifikasi, displasemen, repsesi, projeksi,
reaksi formasi, fiksi, dan regresi), yang ditambah Anna Freud dengan isolation, ascetis, ascetism, denial,
sublimation, undoing, introjuction, turning again the self sublimation /
displacement. Anna juga meneliti hubungan antara tingkat perkembangan
dengan pilihan defense, dan dialah parker pertama yang memandang berbagai
defense sebagai fungsi penyesuaian diri yang normal, dipakai anak untuk
menyesuaikan diri dengan dunia luar.
2.
Heinz
Hartman
a.
Fungsi
Ego di Ranah Bebas Konflik
Menurut hartmann, istilah ranah
bebas konflik diadaptasi dari psikoanalisis untuk merancang kegiatan ego yang
terjadi diluar ranah konflik mental. Menurutnya fungsi ego tergantung kepada
tujuan yang akan diselesaikan-ada tujuan yang menyelesaikan konflik ada tujuan
yang tidak berlatar belakang konflik. Misalnya ingatan dan belajar itu berkembang
sebelum usaha mengatasi konflik itu dilakukan. Ingatan, fikiran, assosiasi, dan
fungsi ego lainnya, merupakan bagian dari ego sehingga ego bisa berkomunikasi
dengan id. Bukan hasil interaksi ego dengan id. Ego bukan berasal dari id, yang
dimunculkan id agar dapat melayani insting taksadar, tetapi ego dan id muncul
bersamaan, berfungsi independen dan sinkron dengan insting. Masing-masing
sistem berasal dari disposisi dan berkembang secara independen. Ego bukan hanya
didorong oleh insting seks dan agresi, tetapi juga ditentukan oleh faktor luar.
Ego bersifat otonom dan aktif mencari penyesuaian dengan dunia luar.
b.
Otonomi
primer dan otonomi sekunder ego : adaptasi
Ada dua jenis otonomi
ego, diantaranya :
1) Otonomi
primer
Otonomi
ini mengacu ke sumber biologikal, kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan,
dan gerakan membuat ego mampu berfungsi otonom. Fungsi-fungsi ini berasal dari
keturunan dan berperan sebagai adaptasi dengan ligkungan.
2) Otonomi
sekunder
Otonomi
ini merupakan kemampuan ego untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan
dalam konflik dengan id menjadi sarana yang juga membantu adaptasi yang sehat
dengan kehidupan. Artinya otonomi sekunder itu produk dari interaksi kemasakan fisik dengan belajar.
Otonomi
sekunder mirip dengan otonomi fungsional dari allport. Antara lain tampak dari
konsep hartmann bahwa ego dapat menetralisir dorongan seks dan egresi untuk
berfungsi yang bukan mendapat kenikmatan dan merusak, untuk mengejar selain
peredaan dorongan. Netralisasi itu mengubah energi libido dan agresi menjauh
dari insting, ini terjadi ketika fungsi ego menjadi semakin independen dari id
dan melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri.
Adaptasi
merupakan hasil dari otonomi ego primer dan sekunder, yakni hasil dari usaha
ego untuk mempertahankan keseimbangan di dalam kepribadiannya, dan keseimbangan
antara dirinya dengan lingkungan. Kemampuan adaptif menjadi sangat penting,
karena setiap orang selalu berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunia ,
semacam “kerelaan sosial”.
c.
Fungsi
ego dan prinsip realita
Ego relatif independen dari id,
sejak awal dari perkembangannya, beroperasi untuk membantu diri bertahan,
bahkan ketika hal itu menyakitkan dan menunda kepuasan. Ego memakai prinsip
realita dalam arti yang luas, yakni kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan
aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan utamanya terus menerus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan, disamping mungkin memberi
kepuasan id. Untuk mencapai tujuan itu ada empat harmoni di dalam dan di luar
diri yang harus dipertahankan ego, yakni :
1) Mempertahankan
keseimbangan yang indah antara keseluruhan individu dengan realitas eksternal
sosial dan fisik.
2) Karena
id mempunyai beberapa drive instingtif yang kesemuanya menuntut kepuasan, ego
harus memantapkan harmoni keseimbangan di dalam ranah id.
3) Ego
harus menyeimbangkan tiga unsur mental yang saling bersaing, id-ego-superego.
4) Ego
harus menjaga harmoni di antara berbagai tujuannya sendiri yang saling berbeda
yakni, keseimbangan antara peran membantu id dengan peran sebagai ego independen
yang tujuannya tidak untuk memuaskan drive id.
Untuk mencapai harmoni ini, ego beroperasi secara
sintetis, mengintegrasikan dan mendamaikan tujuan yang berbeda dan informasi
yang bertentangan dalam satu koordinasi.
Hartmann mengemukakan 12 fungsi ego yang harus
diperhatikan, agar fungsi sosial dan kognitif dapat berjalan baik, namun itu
belum semuanya dan tidak dimaksudkan untuk membatasi fungsi ego, sebagai
berikut :
a) Mengatur
gerakan (spontan)
b) Mengorganisasikan
persepsi di dalam dan diluar realita.
c) Membuat
batas yang melindungi diri dari stimulasi internal dan eksternal yang
berlebihan.
d) Uji
realitas
e) Berfikir
dan inteligensi.
f) Menterjemahkan
fikiran menjadi perbuatan.
g) Menghambat
atau menunda pengurangan tegangan.
h) Mengenali
bahaya, memberi tanda kecemasan dan pertahanan.
i)
Antisipasi aksi, tujuan, dampak, dan
konsekuensi pada masa yang akan datang.
j)
Persepsi waktu
k) Pembentukan
karakter (gaya pribadi)
l)
Kemampuan sintetik (kemampuan
mengintegrasikan semua fungsi di atas, mengharmonisasi konflik intrasistemik dan
intersistemik).
3.
Robert
W.White
a.
Tema
kompetensi dalam Tahap Psikoseksual
Teori
white merupakan rekonseptualisasi dari tahap-tahap perkembangan psikoseksual,
memakai tema belajar tuntas. Pada setiap fase perkembangan psikoseksual freud,
ada elemen penting yang ikut berkembang. Elemen itu harus dipelajari namun
terkait dengan kepuasan instingtif. Ego dimotivasi bukan hanya oleh kebutuhan
memuaskan dorongan biologik tetapi juga oleh kebutuhan eksplorasi, belajar, dan
menguasai lingkungan. Kecendrungan untuk memperoleh rangsangan , aktif berusaha
mempengaruhi lingkungan ini disebut effectance
motivation. Apabila usaha itu berhasil, orang merasa kompeten (competence) yang membuat orang itu
tumbuh, masak, dan siap menghadapi tantangan hidup. Perasaan bisa menguasai
realitas lingkungan semacam itu disebut efikasi diri (self effication). Kompetensi apa saja yang dipelajari sepanjang
tahap perkembangan psikoseksual dalam perbandingan dengan teori freud ada pada
tabel (perkembangan aktivitas insting dan kompetensi yang dipelajari).
b.
Effectance
motivation
Konsep
pokok dari white adalah effectance motivation. Manusia punya dorongan
instingtif untuk belajar, memahami lingkungan, kompeten mempengaruhi lingkungan
untuk kepentingan kesejahteraan dirinya. Insting ini melengkapi insting hidup
dan insting mati dari freud. Fenomena
motif belajar dapat dilihat pada aktivitas uji realitas, pemisahan diri dan non
diri serta penyimpangan perkembangan ego.
1)
Uji
realita : kompetensi melalui kegiatan
Teori
klasik reality testing menempatkan
ego dalam posisi sentral yang menghubungkan kebutuhan kepuasan obyektif dengan
realita. Bayi semakin banyak berpaling ke realita untuk memuaskan kebutuhannya,
tetapi cara untuk memperoleh kebutuhan itu hanya dengan menangis, mengharapkan
bantuan pengasuhnya. Kepuasan tidak dapat selalu diperoleh, sehingga bayi
kemudian mengembangkan kemampuan untuk menunda kepuasan, dan penundaan bisa
dilakukan kalau dia mampu mengantisipasi realita yang akan datang.
Menurut
white, kemampuan mengantisipasi dan menunda kepuasan itu merupakan hasil dari
aktivitas bayi di lingkungannya. Ego mempunyai kemampuan menunda dan
mengantisipasi karena bayi belajar dari “aktivitas yang dilakukannya”, mereka
menjadi kompeten untuk memperpanjang penundaan karena mereka melihat kedepan
bahwa penundaan itu bersifat sementara. Pada mulanya bayi hanya marah,
menggeliat, menangis, dan memukul ketika lapar, semuanya itu adalah aksi yang
membuat ibunya berlari mendekat. Jika menangis dapat selalu dan segera
memperoleh peredaan dan makanan, bayi belajar untuk mempercayai lingkungan
sekaligus mempercayai kemampuannya membuat sesuatu terjadi. Bayi belajar
mengembangkan efikasi diri.
Tahap
|
Aktivitas
insting (freud)
|
Kompetensi
yang dipelajari (white)
|
1
oral
|
a. Insting
lapar berjuang untuk mereduksi tegangan.
b. Ketergantungan
pasif pada obyek yang dicintai untuk bertahan hidup.
c. Memasukkan
makanan dan obyek cinta sebagai bagian dari self
|
a. Makan
sebagai tempat berlatih menguasai diri sendri dan belajar menguasai
lingkungan manusia.
b. Belajar
menguasai orang lain melalui memaksimalkan cinta dan meminimalkan pengabaian.
c. Sensori
motor berperan sebagai latihan keterampilan motorik dan kognitif masa yang
akan datang.
|
2
anal
|
a. Kepuasan
libido dari menahan dan mengeluarkan kotoran
b. Belajar
patuh pada tuntutan kultural orang tua
c. Mungkin
reaksi defensif terhadap kepribadian anal erotik, menjadi sifat kikir, keras
kepala, dan atau sangat teratur.
|
a. Perkembangan
intinsik negativisme anak usia 2 tahun
b. Memakai
gerakan dan negativisme untuk mengembangkan otonomi
c. Tiga
sifat (kikir-keras kepala- sangat teratur) dipandang sebagai cara penyesuaian
terhadap lingkungan, kalau dkembangkan pada tingkat cukupan.
|
3
falis
|
a. Odipus
kompleks dengan sensitivitas genital.
b. Perkembangan
superego melalui identifikasi dengan ayah dan takut dengan kemarahan ayah.
c. Interes
seksual di arahkan ke anggauta keluarga.
|
a. Gerakan,
bahasa, dan imajinasi dikembangkan untuk menguasai kata-kata dan
mengembangkan perasaan berkemampuan.
b. Dramatisasi-diri
dan meniru peran dewasa dengan tekanan pada produktivitas pribadi.
|
4
Laten
|
a. Menghilangnya
motif seksual
b. Periode
yang relatif tenang
|
a. Memantapkan
kompetensi sosial dalam kelompok sebaya dan aktivitas sekolah dan hubungan
heteroseksual.
b. Kerja
nyata di sekolah, tempat kerja, dan permainan.
c. Belajar
kompromi diri dan bagaimana melindungi diri.
|
5
Genital
|
a. Pilihan
obyek heteroseksual
b. Ekspresi
libido dan ujud genetal
|
a. Perasaan
identitas, perasaan kompetensi, masa lalu yang kini disatukan.
b. Pilihan
pekerjaan yang aktif dipelajari atau disiapkan.
c. Pacaran
sebagai kepuasan sosial dan seksual.
|
2)
Memisahkan
diri dengan non diri
Salah
satu kemampuan yang dikembangkan ego sejak awal perkembangan adalah memisahkan
mana yang bagian dari diri dan mana yang bukan diri. Pada mulanya puting susu
dan puting botol sebagai sumber kepuasan difahami sebagai bagian dari diri
bayi, sama halnya dengan jempolnya sendiri yang memberi kepuasan ketika diisap
seperti mengisap puting. Secara bertahap dari pengalaman tingkah lakunya
sendiri dan dampak dari tingkah laku itu, bayi belajar untuk membedakan mana yang
bagian dari self dan mana yang bukan self.
Menurut
white, hubungan bayi dengan realita tidak pasif, yang timbul sebagai akibat ada
dorongan yang harus dipuaskan dengan realita. Gambaran tentang realita itu
dibangun oleh bayi itu sendiri, melalui belajar bertahap apa yang mungkin
mereka kerjakan dan yang tidak mungkin dipenuhi. Bayi belajar memahami apa yang
biasanya diperoleh ketika mereka melihat dunia luar, yang ternyata tidak sesuai
dengan kemauannya.
3)
Perkembangan
ego menjadi patologis
White
dengan kompetensi dan motivasi efektannya, mengubah fokus perhatian, dari apa
yang menyebabkan kapasitas ego gagal menangani enerji id, menjadi apa yang
salah dari perkembangan perasaan efikasinya. Menurutnya, sebagian dari
kesalahan perkembangan ego, ada pada bayi itu sendiri. Bisa terjadi ibu yang
siap dengan cinta dan pengabdian, ternyata menghadapi bayinya yang dari lahir
hiperaktif atau tak terkontrol, atau yang temperamennya pasif dan tidak
responsif, akhirnya ibu itu justru akan memandang dirinya tidak mampu merawat
anaknya. Interaksi ibu dan anak semacam itu mungkin dapat mengganggu
perkembangan perasaan efikasi diri atau menyia-nyiakan enerji motivasi efektan
bayi yang semuanya itu menjadi sumber patologi ego.
White
mengemukakan tiga penyebab kerusakan motivasi efektan yaitu :
a) Insting
lapar dan insting bebas dari rasa sakit terus menerus muncul karena pengasuhan
yang kurang baik. Bayi menghabiskan seluruh waktunya untuk menangani insting
lapar dan rasa sakit itu sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan
yang menghasilkan efikasi diri
b) Bayi
tidak memperoleh reinforsemen dari usaha pengembangan efikasi dirinya. Ibu
tidak mau terpengaruh oleh aktivitas bayinya, tidak mampu menterjemahkan bahasa
tubuh dan tangis bayinya, akan membuat bayi berhenti berusaha memanipulasi
dunianya. Motivasi efektan menjadi tidak berkembang.
c) Gangguan
atau hambatan langsung terhadap aktivitas bermain. Anak yang dilarang melakukan
aktivitas, kehilangan kemampuan menstimulasi lingkungan dan memperoleh
stimulasi diri yang cukup. Enerji independen dari ego terhambat dan ego tidak
dapat berkembang melalui ekspresi kegiatan bebas. Dampaknya adalah kecemasan,
malu, ragu, dan hilangnya minat eksporasi, semuanya mengarah ke kerusakan
efikasi diri.
C.
Penutup
1.
Kesimpulan
Anna Freud mulai
mengadakan perubahan dalam usahanya melakukan psikoanalisis kepada anak. Teorinya
dapat diringkas dalam tiga konsep pokok, diantaranya : psikoterapi anak (terapi
gabungan, melampaui konflik struktural, asesmen metapsikologi, pentingnya
realitas sosial),Garis perkembangan (dari ketergantungan menjadi percaya diri,
dari mengisap menjadi makan makanan keras, dari ngompol dan ngobrok menjadi
dapat mengontrol urinasi/defakasi, dari tidak bertanggung jawab menjadi
bertanggung jawab mengatur tubuh, dari egosentrik menjadi kerjasama, dari tubuh
menjadi mainan, dan dari bermain menjadi bekerja), dan Mekanisme pertahanan
Heinz hartman, Menurutnya
fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akan diselesaikan-ada tujuan yang
menyelesaikan konflik ada tujuan yang tidak berlatar belakang konflik. Ego
bukan berasal dari id, yang dimunculkan id agar dapat melayani insting
taksadar, tetapi ego dan id muncul bersamaan, berfungsi independen dan sinkron
dengan insting. Ada dua jenis otonomi ego, yaitu otonomi primer dan otonomi
sekunder. Ego memakai prinsip realita dalam arti yang luas, yakni kemampuan
untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan
utamanya terus menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan,
disamping mungkin memberi kepuasan id.
Robert W. White, Teori
white, memakai tema belajar tuntas. Ego dimotivasi bukan hanya oleh kebutuhan
memuaskan dorongan biologik tetapi juga oleh kebutuhan eksplorasi, belajar, dan
menguasai lingkungan. Konsep pokok dari white adalah effectance motivation. Fenomena
motif belajar dapat dilihat pada aktivitas uji realitas, pemisahan diri dan non
diri serta penyimpangan perkembangan ego
2.
Saran
Diharapkan makalah ini dapat
menambah wawasan serta pengetahuan pembaca, dan ilmu yang terdapat di dalamnya
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik bagi pembaca maupun penulis
Daftar Pustaka :
Alwisol.
2004. Psikologi Kepribadian. Malang:
UMM Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
^_^