15 Nov 2014

Psikologi Kepribadian (ANNA FREUD – ROBERT W. WHITE – HEINZ HARTMANN)



A.    Pendahuluan
Anna Freud (1895-1982) adalah seorang psikolog dari aliran psikoanalisis yang juga merupakan putri dari Sigmund Freud. Anna Freud terkenal karena bukunya yang berjudul "Ego dan Mekanisme Pertahanan" (Ego and Defense Mechanism). Anna secara khusus membicarakan mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh remaja. Perbedaan antara Anna dengan psikolog psikoanalisis lain adalah Anna lebih tertarik dengan dinamika kejiwaan daripada struktur kejiwaan, khususnya dinamika yang bertumpu pada ego. Bagi Anna, ego adalah dasar dari segala pengamatan seorang psikolog. Di dalam ego, psikolog dapat mengamati cara kerja id, super ego, dan alam bawah sadar secara umum. Dengan difokuskannya penelitian pada ego, dimulailah suatu gerakan di dalam Mazhab Psikoanalisis yang disebut psikologi ego.
Robert.W. white, psikolog kepribadian, meninggal pada 96.
Robert W. White '25, yang mengajar di Harvard 1937-1968, ketika ia menjadi profesor psikologi klinis, meninggal pada 6 Februari di Weston, Mass Dia 96.
Awalnya seorang sejarawan (ia menerima gelar master dalam sejarah Amerika di Harvard pada tahun 1926), Pada tahun 1937, juga di Harvard, ia menerima gelar Ph.D. dalam psikologi. White berpusat pada penelitiannya mengenai kepribadian orang normal maupun abnormal. Pada tahun 1948, ia menerbitkan "The Abnormal Psychology," buku teks standar pada subjek selama beberapa dekade. Dalam "Lives in Progress: Sebuah Studi Pertumbuhan Alam Kepribadian" (1952), White rinci kehidupan tiga orang, melihat cara biologi, psikologi, dan budaya telah membentuk kepribadian mereka. White adalah direktur Klinik Psikologi di Harvard 1946-1950, dan ketua Departemen Hubungan Sosial 1957-1962. Setelah menerima gelar sejarah dari Harvard, White mengajarkan sejarah dan pemerintahan di University of Maine selama beberapa tahun sebelum memutuskan untuk belajar psikologi. Kembali di Harvard ia belajar di bawah Henry A. Murray, dengan menerbitkan "Explorations in Personality" pada tahun 1938. Menolak gagasan bahwa satu-satunya motivasi berperilaku adalah dorongan untuk menurunkan dan pencapaian kepuasan biologis. Menurut White (1959) otot dan otak, mata, dan organ sensori lainnya haruslah diaktifkan untuk dapat tumbuh dan sehatdengan demikian kehidupan manusia mencari stimulus; mereka tidak pasif bahkan berjuang keras untuk bisa mengurangi dorongan-dorongan. Ketika ada usaha-usaha berhasil, individu akan merasa kompeten. Kompetensi merupakan salah satu konsep yang penting dalam teori White (1959) adalah suatu kecakapan (ability) dari individu untuk melakukan perjanjian dengan lingkungan, baik yang hidup maupun yang tidak, dengan cara yang sukses, membantu individu untuk tumbuh, matang dan survive dalam hidup.
Heinz Hertman lahir pada 4 November 1894 di kelas kafir keluarga Wina atas sejarawan terkemuka dan akademisi. Orang tuanya , Ludwig Hartmann dan Grete Chrobak, menikah pada tahun 1892. Pernikahan itu luar biasa, Chrobak Itu adalah keluarga Katolik Roma yang taat, sementara Ludwig berasal dari keluarga Protestan.Ia Menjadi seorang ateis dan praktik keagamaan tegas Menentang. Karena semua sekolah, negeri maupun swasta, yang dioperasikan di bawah naungan Gereja. Heinz dan adiknya 1 tahun lebih tua. Heinz menerima instruksi pribadi sampai berusia 14 tahun dan sejak saat itu sekolah umum Menghadiri . Apakah Bahwa rumah suasana lounge internasional dalam karakter , menekankan pertunjukan musik ( komposer Johannes Brahms , 1833-1897 , sering berkunjung ) dan perdebatan mengenai isu-isu politik oleh Cendekiawan . Dengan stimulasi yang luar biasa tersebut , Heinz berkembang dan mampu mengolah bakatnya . Ia telah bermain biola , piano - belajar sendiri , menulis puisi , cat air dicat , dan terus rubah hewan peliharaan . Sebelum lulus dari sekolah medis University of Vienna pada tahun 1920 , Heinz menghabiskan satu tahun di Angkatan Darat . Dua kali hampir tewas bukan oleh peluru musuh , tetapi dengan longsoran , setiap kali digali oleh rekan-rekannya . Tahun di Universitas Apakah Tidak terbatas pada kursus yang kaku penelitian medis . Aku sudah Diaudit kuliah filsafat , psikologi , dan sosiologi - diajarkan oleh para profesor terkemuka zamannya . Saya Juga pemantauan farmakologi dan menerbitkan dua makalah pada tahun 1917 dan 1918 pada metabolisme kina itu berfungsi sebagai bukti keahliannya dalam metode eksperimental . Setelah lulus , saya Meniti karir beberapa sebelum beralih ke psikoanalisis . Dia Tetap sebagai staf dari University of Vienna Psikiatri dan klinik Neurological Institute 1920-1934 , dengan pengecualian dari satu tahun , 1926, di mana Dia melakukan pelatihan psikoanalitik di Berlin untuk melanjutkan pelatihan saya sudah mulai di Wina . Pada tahun 1924 , saya menerbitkan sebuah makalah itu teori Freud divalidasi simbolisasi dan Menunjukkan Bahwa Mekanisme analog dengan represi beroperasi di amnesia organik putatively . Psikoanalitik Tulisan ini dorong ke menonjol Hartmann .
B.     Pembahasan
1.      Anna Freud
Anna Freud mulai mengadakan perubahan dalam usahanya melakukan psikoanalisis kepada anak. Secara bertahap dia merubah teori ego, dari ego sebagai jokiyang takbersaya dari id sebagai kudanya sebagaimana yang dikemukakan oleh Freud, menjadi joki intelektual yang mampu memilih jalan terbaik untuk dilewati. Teorinya dapat diringkas dalam tiga konsep pokok, sebagai berikut:
a.    Psikoterapi Anak
1)   Terapi berhubungan: Kekaguman dan kepercayaan
Tekhnik psikoanalisis sebagai asosiasi bebas, interprestasi mimpi, dan analisis transferensi tidak dapat dikenakan begitu saja kepada anak-anak. Prosedurnya harus dimodifikasi atau digabung dengan tekhnik yang lebih langsung, agar dapat langsung membantu anak berjuang untuk tumbh, masak, berubah, dan menguasai realitas didalam dan diluar dirinya. Disini, Anna Freud belajar pentingnya persiapan yang panjang yang dirancang untuk mendapatkan analisis sebagai orang yang penting, dapat dipercaya, sungguh-sungguh, sangat dibutuhkan dalam kehidupan anak saat ini. Dengan menggabungkan kekaguman dan kepercayaan, anak dapat menerima analisis sebagai guru yang khusus, seorang ahli dalam pengetahuan mengenai diri dan sebagai teman melawan serangan dunia luar yang tidak terpahami.
2)   Melampaui konflik strutukral: Bahaya perkembangan
Kelenturan anak dan perkembangan menuju kemasakan yang berkelanjutan, memaksa analisis anak memfokuskan diri bukan pada simpton neurotic yang tampak sekarang, tetapi lebih kepada tujuan agar berfngsi sehat pada masa yang akan dating. Menurutnya, kristalisasi sindrom neurotic hanya bagian kecil dari masalah anak-anak. Gangguan perkembangan, ancaman kecemasan berkelanjutan fisik maupun psikis harus lebuh banyak diperhatikan. Bahkan kalau simpotom neurotic jelas-jelas muncul pada tingkah laku anak, indicator patologi yang serius itu mempunyai dinamika dan makna yang berbeda dengan gejala yang salam pada orang dewasa.
Anna Freud mengembangkan system diagnosis yang mementingkan pembentukan kepribadian dalam tahap-tahap perkembangannya dan ancaman-ancaman serius terhadap penyelesaian perkembangan kepribadian, serta memperkecil peluang hal-hal yang mengganggu integritas anak. Dampaknya, Anna keluar dari konsep klasik neurosis dan salah sesuai perang yang tidak disadari antara ide, ego dan super ego. Anak mengalami gangguan yang berkenaan dengan kerentanan alami dalam usaha mengembangkan diri.
3)   Asesmen Metapsikologi
Persiapan untuk psikoterapi anak cukup panjang, begitu pula pengumpulan data dan asesemen juga membutuhkan waktu yang panjang. Agar semua data dapat terangkum dengan baik, Anna Freud memakai profil metapsikologi, semacam penuntun yang mengorganisasi informasi dalam kategorisasi yang kompherensif. Anna mengemukakan dengan memakai profil asasemen metapsikologi dapat diperoleh sekurang-kurangnya tiga keuntungan:
a)    Profil metapsikologi memberi arahan yang kongkrit dan seragam, data apa saja yang sekurang-kurangnya harus diungkapkan dari klien. Terapis tidak perlu lagi memakai “intuisi” untuk menetapkan data apa yang signifikan.
b)   Profil itu mengharuskan terapis untuk mengintegrasikan hasil obserfasi dengan data sejarah kehidupan klien menjadi gambaran yang utuh bagaimana kepribadian anak berfungsi dan berkembang.
c)    Profil metapsikologi membutuhkan kecanggihan penerapan teori perkembangan psikoanalitik, teori dorongan, dan teori ego, untuk memperoleh memperoleh makna “metapsikologi” dan data hasil observasi. dengan kata lain, profil memakai konsep-konsep psikoanalisis, mengintegrasikan teori-teori yang ada untuk memperoleh peta psikologi.
4)   Pentingnya realisasi social
Tidak seperti orang dewasa, anak lebih tergantung dan lebih mudah dipengaruhi oleh realitas eksternal saat itu. Psikoanalisis anak harus siap menerima proposisi bahwa ketergantungan kliennya kepada orang tuanya, konflik klien itu dengan saudara-saudaranya, hubungannya dengan guru dan otoritas lainnya yang terjadi saat itu tercermin dalam gangguan yang mereka alami. Gangguan neurotic pada orang dewasa, umumnya bersifat internal dan sumbernya ada pada masa lalu atau konflik yang belum terselesaikan lagi. Pada anak, suatu simpom bisa disebabkan oleh peristiwa yang baru saja terjadi.
b.   Garis Perkembangan (Developmental Lines)
Interaksi antara id dengan ego, dimulai dari dominasi id untuk memperoleh kepuasan secara bertahap akan bergeser ke ego, untuk pada akhirnya ego dapat menguasai realitas internal maupun eksternal. Interaksi itu oleh Anna Freud disebut garis perkembangan, suatu urutan tahap-tahap kematangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri, dari irasional menjadi rasional, dari hubungan yang pasif dengan realita menjadi aktif. Garis-garis perkembangan menunjukan usaha ego untuk mampu menghadapi situasi hidup, tanpa harus menarik diri dan tanpa memakai mekanisme enam garis perkembangan, masing-masing bergerak dari dominan id menuju realitas ego:
1)   Dari ketergantungan menjadi percaya diri
a)    Ketergantungan biologis kepada ibu, tidak mengenal bahwa dirinya terpisah dengan orang lain.
b)   Membutuhkan hubungan yang memuaskan, ibu dianggap sebagai pemuas dari luar.
c)    Tahap objek-tetap, gambaran ibu tetap ada, walaupun dia tidak hadir.
d)   Pre-odipus, tahap memeluk, ditandai dengan mendominasi obyek yang disukai.
e)    Fase odipus-falis, ditandai dorongan memiliki orang tua lain jenis dan bersaing dengan orang tua sejenis.
f)    Fase laten dengan menurunnya kebutuhan hubungan yang memuaskan dengan obyek yang dicintai.
g)   Fase pre adolesan, kembalinya kebutuhan hubungan yang memuaskan dengan obyek yang dicintai.
h)   Fase adolasen, berjuang untuk mandiri, memutuskan cinta dengan orang tua, kebutuhan kepuasan seksual.
2)   Dari menghisap menjadi makan makanan keras
a)    Disusui teratur sesuai jadwal atau kalau membutuhkan.
b)   Disiplin dari botol atau susu ibu, mengalami kesulitan makan makanan baru
c)    Peralihan dari disuapi menjadi makan sendiri, makan masih identic dengan ibu
d)   Makan sendiri, berbeda pendapat dengan ibu menganai banyaknya makanan.
e)    Seksual infantile membentuk sikap terhadap makanan: fantasi takut gemuk atau hamil melalui mulut.
f)    Senang makan, memiliki kebiasaan makan yang ditentukan sendiri.
3)   Dari ngompol dan gobrok menjadi dapat mengontrol urinasi / defakasi
a)    Bebas membuang kotoran tubuh
b)   Fase anal, menolak control orang lain dalam hal pembuangan kotoran, perang kemauan latihan kebersihan.
c)    Identifikasi dengan aturan orang tua, mengontrol sendiri pembuangan kotoran. Minat kebersihan dan keteraturan didasarkan pada keteraturan anal.
d)   Kepedulian dengan kebersihan, tanpa tekanan orang tua, ego dan super ego mengontrol dorongan anal secara otonom.
4)   Dari tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab mengatur tubuh
a)    Agresi diubah dari kepada diri sendiri menjadi kepada dunia luar.
b)   Ego semakin memahami prinsip sebab-akibat, meredakan keinginan yang berbahaya, mengenali bahaya eksternal seperti api, ketinggian, dan air
c)    Sukarela menerima aturan kesehatan, menolak makanan yang tidak sehat, kebersihan tubuh, melatih kebugaran tubuh.
5)   Dari egosentrik menjadi kerjasama
a)    Mementingkan diri sendiri, naskistik, anak kecil lain tidak ada, atau dipandang sebagai pengganggu dan saingan memperoleh cinta orang tua.
b)   Anak kecil didekatnya dipandang sebagai benda mati, atau mainan yang dapat diperlakukan kasar tanpa tanggung jawab.
c)    Anak kecil didekatnya dianggap sebagai teman untuk mengerjakan sesuatu lamanya kerjasama tergantung kepada tuntutan tugas.
d)   Teman dipandang patner sederajat, memiliki kemauan sendiri, mereka dapat dihormati, ditakuti, dijadikan saingan, dicintai, dibenci, atau ditiru. Membutuhkan sahabat sejati.
6)   Dari tubuh menjadi mainan, dan dari bermainan menjadi bekerja
a)    Permainan bayi adalah perasaan tubuh, kepekaan jari, kulit, dan mulut tidak dibedakan antara tubuh sendiri dengan tubuh ibu.
b)   Sensasi tubuh dipindah ke obyek yang lembut seperti beruang mainan atau sarung bantal.
c)    Memeluk obyek yang lembut, menyayangi barang yang lembut obyek benda mati.
d)   Puas menyelesaikan suatu kegiatan, dan puas mencapai prestasi sesuatu.
e)    Permainan sekolah untk bekerja melalui hobi, lamunan, dan olah raga. Anak dapat menahan implus dirinya.
c.    Menakisme Pertahanan
Anna Freud memperluas defense mechasm. Sigmund Freud mengajukan 7deference (identifikasi, displasemen, repsesi, projeksi, reaksi formasi, fiksi, dan regresi), yang ditambah Anna Freud dengan isolation, ascetis, ascetism, denial, sublimation, undoing, introjuction, turning again the self sublimation / displacement. Anna juga meneliti hubungan antara tingkat perkembangan dengan pilihan defense, dan dialah parker pertama yang memandang berbagai defense sebagai fungsi penyesuaian diri yang normal, dipakai anak untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar.
2.    Heinz Hartman
a.    Fungsi Ego di Ranah Bebas Konflik
Menurut hartmann, istilah ranah bebas konflik diadaptasi dari psikoanalisis untuk merancang kegiatan ego yang terjadi diluar ranah konflik mental. Menurutnya fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akan diselesaikan-ada tujuan yang menyelesaikan konflik ada tujuan yang tidak berlatar belakang konflik. Misalnya ingatan dan belajar itu berkembang sebelum usaha mengatasi konflik itu dilakukan. Ingatan, fikiran, assosiasi, dan fungsi ego lainnya, merupakan bagian dari ego sehingga ego bisa berkomunikasi dengan id. Bukan hasil interaksi ego dengan id. Ego bukan berasal dari id, yang dimunculkan id agar dapat melayani insting taksadar, tetapi ego dan id muncul bersamaan, berfungsi independen dan sinkron dengan insting. Masing-masing sistem berasal dari disposisi dan berkembang secara independen. Ego bukan hanya didorong oleh insting seks dan agresi, tetapi juga ditentukan oleh faktor luar. Ego bersifat otonom dan aktif mencari penyesuaian dengan dunia luar.
b.   Otonomi primer dan otonomi sekunder ego : adaptasi
Ada dua jenis otonomi ego, diantaranya :
1)   Otonomi primer
Otonomi ini mengacu ke sumber biologikal, kemasakan fungsi persepsi, belajar, ingatan, dan gerakan membuat ego mampu berfungsi otonom. Fungsi-fungsi ini berasal dari keturunan dan berperan sebagai adaptasi dengan ligkungan.
2)   Otonomi sekunder
Otonomi ini merupakan kemampuan ego untuk mengubah fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam konflik dengan id menjadi sarana yang juga membantu adaptasi yang sehat dengan kehidupan. Artinya otonomi sekunder itu produk dari  interaksi kemasakan fisik dengan belajar.

Otonomi sekunder mirip dengan otonomi fungsional dari allport. Antara lain tampak dari konsep hartmann bahwa ego dapat menetralisir dorongan seks dan egresi untuk berfungsi yang bukan mendapat kenikmatan dan merusak, untuk mengejar selain peredaan dorongan. Netralisasi itu mengubah energi libido dan agresi menjauh dari insting, ini terjadi ketika fungsi ego menjadi semakin independen dari id dan melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri.
Adaptasi merupakan hasil dari otonomi ego primer dan sekunder, yakni hasil dari usaha ego untuk mempertahankan keseimbangan di dalam kepribadiannya, dan keseimbangan antara dirinya dengan lingkungan. Kemampuan adaptif menjadi sangat penting, karena setiap orang selalu berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunia , semacam “kerelaan sosial”.
c.    Fungsi ego dan prinsip realita
Ego relatif independen dari id, sejak awal dari perkembangannya, beroperasi untuk membantu diri bertahan, bahkan ketika hal itu menyakitkan dan menunda kepuasan. Ego memakai prinsip realita dalam arti yang luas, yakni kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan utamanya terus menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan, disamping mungkin memberi kepuasan id. Untuk mencapai tujuan itu ada empat harmoni di dalam dan di luar diri yang harus dipertahankan ego, yakni :
1)      Mempertahankan keseimbangan yang indah antara keseluruhan individu dengan realitas eksternal sosial dan fisik.
2)      Karena id mempunyai beberapa drive instingtif yang kesemuanya menuntut kepuasan, ego harus memantapkan harmoni keseimbangan di dalam ranah id.
3)      Ego harus menyeimbangkan tiga unsur mental yang saling bersaing, id-ego-superego.
4)      Ego harus menjaga harmoni di antara berbagai tujuannya sendiri yang saling berbeda yakni, keseimbangan antara peran membantu id dengan peran sebagai ego independen yang tujuannya tidak untuk memuaskan drive id.
Untuk mencapai harmoni ini, ego beroperasi secara sintetis, mengintegrasikan dan mendamaikan tujuan yang berbeda dan informasi yang bertentangan dalam satu koordinasi.
Hartmann mengemukakan 12 fungsi ego yang harus diperhatikan, agar fungsi sosial dan kognitif dapat berjalan baik, namun itu belum semuanya dan tidak dimaksudkan untuk membatasi fungsi ego, sebagai berikut :
a)      Mengatur gerakan (spontan)
b)      Mengorganisasikan persepsi di dalam dan diluar realita.
c)      Membuat batas yang melindungi diri dari stimulasi internal dan eksternal yang berlebihan.
d)     Uji realitas
e)      Berfikir dan inteligensi.
f)       Menterjemahkan fikiran menjadi perbuatan.
g)      Menghambat atau menunda pengurangan tegangan.
h)      Mengenali bahaya, memberi tanda kecemasan dan pertahanan.
i)        Antisipasi aksi, tujuan, dampak, dan konsekuensi pada masa yang akan datang.
j)        Persepsi waktu
k)      Pembentukan karakter (gaya pribadi)
l)        Kemampuan sintetik (kemampuan mengintegrasikan semua fungsi di atas, mengharmonisasi konflik intrasistemik dan intersistemik).
3.    Robert W.White
a.    Tema kompetensi dalam Tahap Psikoseksual
Teori white merupakan rekonseptualisasi dari tahap-tahap perkembangan psikoseksual, memakai tema belajar tuntas. Pada setiap fase perkembangan psikoseksual freud, ada elemen penting yang ikut berkembang. Elemen itu harus dipelajari namun terkait dengan kepuasan instingtif. Ego dimotivasi bukan hanya oleh kebutuhan memuaskan dorongan biologik tetapi juga oleh kebutuhan eksplorasi, belajar, dan menguasai lingkungan. Kecendrungan untuk memperoleh rangsangan , aktif berusaha mempengaruhi lingkungan ini disebut effectance motivation. Apabila usaha itu berhasil, orang merasa kompeten (competence) yang membuat orang itu tumbuh, masak, dan siap menghadapi tantangan hidup. Perasaan bisa menguasai realitas lingkungan semacam itu disebut efikasi diri (self effication). Kompetensi apa saja yang dipelajari sepanjang tahap perkembangan psikoseksual dalam perbandingan dengan teori freud ada pada tabel (perkembangan aktivitas insting dan kompetensi yang dipelajari).
b.   Effectance motivation
Konsep pokok dari white adalah effectance motivation. Manusia punya dorongan instingtif untuk belajar, memahami lingkungan, kompeten mempengaruhi lingkungan untuk kepentingan kesejahteraan dirinya. Insting ini melengkapi insting hidup dan insting mati dari freud.  Fenomena motif belajar dapat dilihat pada aktivitas uji realitas, pemisahan diri dan non diri serta penyimpangan perkembangan ego.
1)      Uji realita : kompetensi melalui kegiatan
Teori klasik reality testing menempatkan ego dalam posisi sentral yang menghubungkan kebutuhan kepuasan obyektif dengan realita. Bayi semakin banyak berpaling ke realita untuk memuaskan kebutuhannya, tetapi cara untuk memperoleh kebutuhan itu hanya dengan menangis, mengharapkan bantuan pengasuhnya. Kepuasan tidak dapat selalu diperoleh, sehingga bayi kemudian mengembangkan kemampuan untuk menunda kepuasan, dan penundaan bisa dilakukan kalau dia mampu mengantisipasi realita yang akan datang.
Menurut white, kemampuan mengantisipasi dan menunda kepuasan itu merupakan hasil dari aktivitas bayi di lingkungannya. Ego mempunyai kemampuan menunda dan mengantisipasi karena bayi belajar dari “aktivitas yang dilakukannya”, mereka menjadi kompeten untuk memperpanjang penundaan karena mereka melihat kedepan bahwa penundaan itu bersifat sementara. Pada mulanya bayi hanya marah, menggeliat, menangis, dan memukul ketika lapar, semuanya itu adalah aksi yang membuat ibunya berlari mendekat. Jika menangis dapat selalu dan segera memperoleh peredaan dan makanan, bayi belajar untuk mempercayai lingkungan sekaligus mempercayai kemampuannya membuat sesuatu terjadi. Bayi belajar mengembangkan efikasi diri.
Tahap
Aktivitas insting (freud)
Kompetensi yang dipelajari (white)
1
oral
a.       Insting lapar berjuang untuk mereduksi tegangan.
b.      Ketergantungan pasif pada obyek yang dicintai untuk bertahan hidup.
c.       Memasukkan makanan dan obyek cinta sebagai bagian dari self
a.       Makan sebagai tempat berlatih menguasai diri sendri dan belajar menguasai lingkungan manusia.
b.      Belajar menguasai orang lain melalui memaksimalkan cinta dan meminimalkan pengabaian.
c.       Sensori motor berperan sebagai latihan keterampilan motorik dan kognitif masa yang akan datang.
2
anal
a.       Kepuasan libido dari menahan dan mengeluarkan kotoran
b.      Belajar patuh pada tuntutan kultural orang tua
c.       Mungkin reaksi defensif terhadap kepribadian anal erotik, menjadi sifat kikir, keras kepala, dan atau sangat teratur.
a.       Perkembangan intinsik negativisme anak usia 2 tahun
b.      Memakai gerakan dan negativisme untuk mengembangkan otonomi
c.       Tiga sifat (kikir-keras kepala- sangat teratur) dipandang sebagai cara penyesuaian terhadap lingkungan, kalau dkembangkan pada tingkat cukupan.
3
falis
a.       Odipus kompleks dengan sensitivitas genital.
b.      Perkembangan superego melalui identifikasi dengan ayah dan takut dengan kemarahan ayah.
c.       Interes seksual di arahkan ke anggauta keluarga.
a.       Gerakan, bahasa, dan imajinasi dikembangkan untuk menguasai kata-kata dan mengembangkan perasaan berkemampuan.
b.      Dramatisasi-diri dan meniru peran dewasa dengan tekanan pada produktivitas pribadi.
4
Laten
a.       Menghilangnya motif seksual
b.      Periode yang relatif tenang
a.       Memantapkan kompetensi sosial dalam kelompok sebaya dan aktivitas sekolah dan hubungan heteroseksual.
b.      Kerja nyata di sekolah, tempat kerja, dan permainan.
c.       Belajar kompromi diri dan bagaimana melindungi diri.
5
Genital
a.       Pilihan obyek heteroseksual
b.      Ekspresi libido dan ujud genetal
a.       Perasaan identitas, perasaan kompetensi, masa lalu yang kini disatukan.
b.      Pilihan pekerjaan yang aktif dipelajari atau disiapkan.
c.       Pacaran sebagai kepuasan sosial dan seksual.

2)      Memisahkan diri dengan non diri
Salah satu kemampuan yang dikembangkan ego sejak awal perkembangan adalah memisahkan mana yang bagian dari diri dan mana yang bukan diri. Pada mulanya puting susu dan puting botol sebagai sumber kepuasan difahami sebagai bagian dari diri bayi, sama halnya dengan jempolnya sendiri yang memberi kepuasan ketika diisap seperti mengisap puting. Secara bertahap dari pengalaman tingkah lakunya sendiri dan dampak dari tingkah laku itu, bayi belajar untuk membedakan mana yang bagian dari self dan mana yang bukan self.
Menurut white, hubungan bayi dengan realita tidak pasif, yang timbul sebagai akibat ada dorongan yang harus dipuaskan dengan realita. Gambaran tentang realita itu dibangun oleh bayi itu sendiri, melalui belajar bertahap apa yang mungkin mereka kerjakan dan yang tidak mungkin dipenuhi. Bayi belajar memahami apa yang biasanya diperoleh ketika mereka melihat dunia luar, yang ternyata tidak sesuai dengan kemauannya.
3)      Perkembangan ego menjadi patologis
White dengan kompetensi dan motivasi efektannya, mengubah fokus perhatian, dari apa yang menyebabkan kapasitas ego gagal menangani enerji id, menjadi apa yang salah dari perkembangan perasaan efikasinya. Menurutnya, sebagian dari kesalahan perkembangan ego, ada pada bayi itu sendiri. Bisa terjadi ibu yang siap dengan cinta dan pengabdian, ternyata menghadapi bayinya yang dari lahir hiperaktif atau tak terkontrol, atau yang temperamennya pasif dan tidak responsif, akhirnya ibu itu justru akan memandang dirinya tidak mampu merawat anaknya. Interaksi ibu dan anak semacam itu mungkin dapat mengganggu perkembangan perasaan efikasi diri atau menyia-nyiakan enerji motivasi efektan bayi yang semuanya itu menjadi sumber patologi ego.
White mengemukakan tiga penyebab kerusakan motivasi efektan yaitu :
a)      Insting lapar dan insting bebas dari rasa sakit terus menerus muncul karena pengasuhan yang kurang baik. Bayi menghabiskan seluruh waktunya untuk menangani insting lapar dan rasa sakit itu sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan efikasi diri
b)      Bayi tidak memperoleh reinforsemen dari usaha pengembangan efikasi dirinya. Ibu tidak mau terpengaruh oleh aktivitas bayinya, tidak mampu menterjemahkan bahasa tubuh dan tangis bayinya, akan membuat bayi berhenti berusaha memanipulasi dunianya. Motivasi efektan menjadi tidak berkembang.
c)      Gangguan atau hambatan langsung terhadap aktivitas bermain. Anak yang dilarang melakukan aktivitas, kehilangan kemampuan menstimulasi lingkungan dan memperoleh stimulasi diri yang cukup. Enerji independen dari ego terhambat dan ego tidak dapat berkembang melalui ekspresi kegiatan bebas. Dampaknya adalah kecemasan, malu, ragu, dan hilangnya minat eksporasi, semuanya mengarah ke kerusakan efikasi diri.

C.    Penutup
1.      Kesimpulan
Anna Freud mulai mengadakan perubahan dalam usahanya melakukan psikoanalisis kepada anak. Teorinya dapat diringkas dalam tiga konsep pokok, diantaranya : psikoterapi anak (terapi gabungan, melampaui konflik struktural, asesmen metapsikologi, pentingnya realitas sosial),Garis perkembangan (dari ketergantungan menjadi percaya diri, dari mengisap menjadi makan makanan keras, dari ngompol dan ngobrok menjadi dapat mengontrol urinasi/defakasi, dari tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab mengatur tubuh, dari egosentrik menjadi kerjasama, dari tubuh menjadi mainan, dan dari bermain menjadi bekerja), dan Mekanisme pertahanan
Heinz hartman, Menurutnya fungsi ego tergantung kepada tujuan yang akan diselesaikan-ada tujuan yang menyelesaikan konflik ada tujuan yang tidak berlatar belakang konflik. Ego bukan berasal dari id, yang dimunculkan id agar dapat melayani insting taksadar, tetapi ego dan id muncul bersamaan, berfungsi independen dan sinkron dengan insting. Ada dua jenis otonomi ego, yaitu otonomi primer dan otonomi sekunder. Ego memakai prinsip realita dalam arti yang luas, yakni kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan utamanya terus menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan, disamping mungkin memberi kepuasan id.
Robert W. White, Teori white, memakai tema belajar tuntas. Ego dimotivasi bukan hanya oleh kebutuhan memuaskan dorongan biologik tetapi juga oleh kebutuhan eksplorasi, belajar, dan menguasai lingkungan. Konsep pokok dari white adalah effectance motivation. Fenomena motif belajar dapat dilihat pada aktivitas uji realitas, pemisahan diri dan non diri serta penyimpangan perkembangan ego

2.      Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan pembaca, dan ilmu yang terdapat di dalamnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik bagi pembaca maupun penulis
 
Daftar Pustaka :

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

^_^